Rabu, 05 Juni 2013

JAUNG


JAUNG
-------------------------------
Haidi
===================================================

Judul buku   : JAUNG (Kumpulan Cerita Pendek)
Penulis        : Haidi
Penerbit      : Awan Pustaka
ISBN           : 978-602-18139-8-0
Tahun         : Mei 2013
Halaman     : viii + 164 halaman
Harga         : Rp46.000 (belum ongkos kirim)
Pesan melalui SMS ke 082155553455 

-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

"JAUNG" atau "kecombrang" (Nicolaia speciosa) tumbuhan yang membentuk rumpun tidak rapat. Rimpangnya digunakan untuk mendapatkan warna kuning. Bunganya dijadikan pengganti buah asam atau di sayur. Buahnya berbentuk seperti nanas. Ya, memang itu yang dimaksud, tapi kali ini dalam sebuah kumpulan "cerita pendek" berjudul "JAUNG".

Cerita ringan dan inspiratif, memberi sorotan berbagai sisi kehidupan dalam keseharian akan tergambar dalam setiap kisahnya.
----- ----- ------ ----

Bagaimana jika semua orang melakukan kesalahan, hanya seorang bertindak sesuai aturan dan ketentuan. Apakah akan dibenarkan ataukan disalahkan? Kisahnya dalam "Kesalahan pun dibenarkan".

Atau, bagaimana jika seseorang mengatakan sesuatu apa adanya? Apakah itu bentuk keterbukaan ataukah justru semakin jauh menyembunyikan sesuatu? Kisahnya dalam "Sembunyi".

Nikmati 15 kisahnya dalam kumpulan cerita pendek "JAUNG"

1. KASIH ANAK
2. KESALAHAN PUN DIBENARKAN
3. TAMU DI MALAM JUMAT
4. BERTERIMAKASIHLAH
5. SI TUKANG SOL
6. SEMBUNYI
7. DI NOPEMBER
8. JAUNG
9. MALAM DI MUARA BENGKAL
10. MAKING
11. DOA TETANGGA
12. SEPATU
13. GELANG KAKI
14. SAKIT KEPALA
15. SEPATU LARS
-----------------------

Kamis, 14 Maret 2013

JIGONG [Kumpulan Cerpen]

JIGONG
-----------------------

Judul   : JIGONG (Kumpulan Cerpen)
Penulis : Haidi 
Penerbit: Pustaka Puitika
ISBN    : 978-602-17051-5-5
Tahun   : Maret 2013
Ukuran  : 12x19 Cm-----------------------------


Sinopsis:


JIGONG, sebuah cerita pendek dari 15 cerita dalam buku ini. Berkisah tentang seorang dipandang tak waras. Sering ia membersihkan halaman mushola di sebuah kawasan perkantoran pemerintah. Namun tak seorang pun peduli terhadap apa yang dikerjakannya. Ia membersihkan celah bata dengan sebilah tusuk gigi. Apa maksud sebenarnya dan apa pula yang diinginkannya?

           Keseluruhan cerita dalam buku ini bertutur tentang keseharian dan sering terjadi di sekitar kita. Sering kali kita memandang rendah hanya karena yang tampak dari luar. Kita merasa jijik dan merasa diri paling bersih dan suci, padahal belum tentu kita lebih baik dari mereka yang kita lihat buruk. Kita begitu mudah menghujat dan menghakimi karena tidak sesuai dengan yang kita pahami.

Semoga cerita-cerita ringan ini menjadi hiburan bermanfaat sebagai renungan bermakna meniti jembatan kehidupan. 


-------------------------------------------
Dapatkan 15 cerita menarik dalam buku ini:

1.      PETANI TAK BERDASI
2.      TAK ADA CANDIRU DI LABUAN CERMIN
3.      DASIN
4.      PAGAR
5.      BERTETANGGA BANG TOYIB
6.      IZIN SUAMI
7.      DENGAR CERITANYA
8.      NEK SUMUR
9.      JIGONG
10.  SINGGAGAT
11.  SYAK
12.  BIARKAN PERGI
13.  GULALI
14.  ORANG TERHORMAT
15.  SENYUM MISTERI
-------------------------

Rabu, 20 Februari 2013

SENJA DI AL-QUDS [kumpulan Cerpen]


SENJA DI AL-QUDS
[Kumpulan Cerpen]

Judul       : SENJA DI AL QUDS
Katagori : Kumpulan Cerpen
Penerbit : Alif Gemilang Presindo
ISBN       : 978-602-7692-29-9
Tebal      : 172 Halaman
Harga     :
Rp38.000,- (belum ongkos kirim)


Penulis: 
Aditya D. Sugiarso - Agus Kindi - Aries Ermawati - Asri Wulantini - Ceng Ahmar Syamsi - Eny Lupita Sari - Gemintang Halimatussa'diah - Haidi - Qus - Ragil Kuning - Rakhmi Inas Ramadhani - Ridha Sri Wahyuni - Sarah Aulia - T.H. Ihsan - Uda Agus - Yanuarty Paresma Wayuningsih
---------------------------

SINOPSIS

Darah, air mata, perang, tak akan berhenti dalam waktu dekat. Mengungsi? Mengungsi ke mana? Palestina. Seakan tak ada tempat yang aman di negara ini. Makanan? Bahkan mungkin mereka lupa, kapan dan apa yang terakhir kali mereka makan. 
Israel seakan terus menggencarkan serangannya. Engkau akan terus bertanya, sampai kapan dunia membiarkan kekejaman mereka? 
Rakyat Palestina akan terus berjihad! Tak ada yang lebih membahagiakan untuk anak-anak Palestina selain menjadi syahid. Kau sendiri? Bagi orang-orang di luar sana, syahid bukan hanya orang yang berpulang menghadap Allah melalui angkat senjata. Karena itu, terpanggillah untuk senantiasa belajar, pelajari Al Qur'an dan amalkan. Menikahlah, terpanggillah untuk lahirkan generasi-generasi Robbani pejuang bangsa. 
Senja di Al Quds membawa pesan tentang panggilan itu, panggilan syariah yang mengharuskan setiap insan pulang ke tanah kelahiran untuk membela agama. Pendidikan hanyalah janji kemakmuran, tapi syariah memberi janji yang luar biasa. Janji surga. Senja di Al Quds telah mempertemukan cinta mereka yang suci. Mempertemukan dan mengikatkan cinta tulus mereka ke dalam janji yang lebih kekal abadi.
Senja di Gaza akan tetap indah sampai kapan pun. Meski tiap hari dihantam roket-roket penjemput maut, senja di Gaza yang indah tak akan pernah mati ....
---------------------
UNTUK PEMESANAN KETIK:

SDAQ#Nama Lengkap#Alamat Lengkap#Jumlah#No.Telp

Kirim Ke: 082155553455
_____________________

Wangi, Tanpa Bunga [Kumcer]



WANGI, TANPA BUNGA 
------------------------------------------------------------------------


Judul     : WANGI, TANPA BUNGA
Katagori : Kumpulan Cerpen
Penerbit : AE Publishing
Tahun    : Pebruari 2013
ISBN      : 978-602-7748-44-6
Tebal     : vi + 113 halaman (14 x 20 cm)
------------------------------------------------

SINOPSIS:


“Wangi, Tanpa Bunga”, satu dari 15 cerita pendek dalam buku ini. Seorang pedagang ingin meminjam modal usaha karena usahanya hampir bangkrut. Namun ia sangat terkejut, hanya mendapati amplop wangi. Di dalamnya tak ada uang tunai ataupun selembar cek. Hanya sebuah kalimat tertulis, “Modal yang Anda butuhkan hanyalah melayani setiap pengunjung dengan senyum dan ramah.” Bagaimana kisahnya? 
Cerita lain, “Gantung Waris” seorang wanita sulit mendapat jodoh, bisakah menemukan jodohnya? Atau ketika seseorang merasa lebih nyaman tinggal di rumah sakit daripada di hotel dalam cerita “Berlibur di Rumah Sakit”. Selamat membaca, semoga jadi hiburan bermanfaat.

Dapatkan 15 cerpen menarik dalam buku ini :

(Karya: 
Sari Abbiyan)
1. ROKOK DAN KOPI
2. BERLIBUR DI RUMAH SAKIT
3. KERINDUAN LAMA
4. DENDA MATA

(Karya: Ro Se)
5. STEP MOM isn't SNAKE MOM
6. KARMA
7. GANTUNG WARIS
8. ANDROMEDA MASEHI
9. CEMBURU

(Karya: Haidi)
10. JAWABAN DOA
11. ANAKKU BUKAN MILIKKU
12. WANGI, TANPA BUNGA
13. TAK BERSAYAP
14. DILEMA PIMPRO
15. UNDANGAN ISTIMEWA
-----------------------

Harga : Rp34.000 (belum ongkos kirim)
Dapat dipesan melalui SMS ke:082155553455

Sabtu, 09 Februari 2013

NASIB MUJUR ATAUKAH SIAL?



Dahulu sewaktu saya masih anak-anak-sebelum tidur, hampir tiap malam Nenek menuturkan berbagai dongeng. Misalnya seperti ini:

Dahulu kala ada pria tua yang memiliki seorang anak laki-laki dan seekor kuda. Suatu hari, kudanya lepas lari ke perbukitan.

Tetangga pria itu bersimpati padanya. “Betapa sial nasibmu karena kehilangan kudamu,” kata mereka.

“Mengapa kalian berkata begitu?” jawab sang pria tua. “Siapa yang dapat memutuskan apakah itu nasib sial?”

Keesokan harinya kuda itu kembai, dan dibelakangnya muncul dua belas ekor kuda liar, yang dibawanya pulang. Anak laki-laki tua itu buru-buru menutup pintu pagar dan menuju tanah lapang tempat kuda itu merumput. Kuda mereka tidak hanya seekor, tapi memiliki tiga belas kuda.

Para tetangga menatap lapangan keesokan paginya dan berkata, “Mujur sekali nasibmu-sekarang memiliki tiga belas ekor kuda.”

“Mengapa kalian berkata seperti itu?” sahut sang pria tua. “Siapa yang dapat menentukan apakah itu nasib mujur?”

Tak lama kemudian, anak laki-laki sang pria tua pergi menunggang seekor kuda liar tersebut untuk menjinakkannya. Saat anak laki-laki itu berada di punggung kuda, kuda itu berontak dan menjatuhkan anak laki-laki itu sehingga kakinya patah.

Para tetangga berdatangan menyatakan simpati pada pria tua dan anak laki-lakinya. “Betapa sial nasibmu,” kata mereka, “karena kini anak laki-lakimu patah kaki.”

“Mengapa kalian berucap seperti itu?” sahut pria tua. “Siapa yang dapat mengatakan ini nasib sial?”

Dan benar saja, tak lama kemudian, anggota tentara kerajaan mendatangi desa itu, merekrut semua pria muda bertubuh sehat untuk ikut berperang. Semua orang tahu, peperangan itu sebagian besar akan kehilangan nyawa. Namun ketika melihat anak laki-laki si pria tua berbaring di sana dengan kaki patah, mereka melewatinya dan berlalu.

“Betapa mujur dirimu,” kata para tetangga. Pria tua itu hanya tersenyum.[Haidi]

POHON ABADI



Sebatang pohon kecil tumbuh di hutan. Saat pohon kecil itu bertambah tinggi dan kuat, ia mulai menyadari luasnya langit yang membentang di atasnya. Ia melihat awan putih berarak di langit, seakan tengah melakukan perjalanan luar biasa. Ia memperhatikan burung-burung yang terbang berputar di atasnya.

Langit, awan, burung yang terbang-mereka semua seolah berbicara tentang tanah keabadian. Seiring pertumbuhannya, pohon itu semakin menyadari semua mahluk abadi ini, dan keinginannya sendiri untuk dapat hidup abadi semakin kuat.

Suatu hari, jagawana kebetulan berjalan di dekat si pohon kecil. Ia pria baik, dan merasakan pohon kecil tidak benar-benar bahagia. “Ada apa, pohon kecil?” tanyanya. “Apa yang membuat jiwamu resah?”

Pohon kecil ragu-ragu, lalu menceritakan pada jagawana tentang keinginan mendalam di lubuk hatinya: “Aku ingin sekali dapat hidup abadi.”

“Mungkin kau akan abadi,” sahut jagawana. “Mungkin.”

Waktu berlalu, dan sekali lagi jagawana melewati pohon kecil, yang kini sudah tumbuh tinggi dan kuat.

“Apakah kau masih ingin abadi?” tanyanya pada pohon.

“Oh, ya, aku masih ingin abadi,” jawab pohon bersungguh-sungguh.

“Kurasa aku dapat membantumu, tapi pertama-tama kau harus mengizinkanku menebangmu.”

Pohon terperanjat. “Aku ingin hidup selamanya. Dan kau malah berkata kau ingin membunuhku?”

“Aku tahu,” sahut jagawana. “Kedengarannya gila. Tapi kalau kau memercayaiku, aku janji keinginan terdalammu akan terwujud.”

Setelah memikirkan masak-masak, akhirnya pohon pun setuju. Jagawana datang membawa kapaknya yang tajam. Pohon itu pun tumbang. Air kehidupan mengalir darinya dan lenyap diserap tanah hutan. Kayu yang lembut itu diiris tipis. Irisan itu dihaluskan, dibentuk, dan dipoles vernis yang menyesakkan. Pohon menjerit dalam hati karena penderitaannya, tetapi ia tidak mungkin kembali. Ia memasrahkan diri ke tangan pembuat biola, dan semua impian akan keabadian lenyap dalam kabut kesakitan.

Selama bertahun-tahun, biola terbaring tak tersentuh. Terkadang, pohon itu mengenang masa-masa bahagia, ketika ia masih tumbuh di hutan. Sungguh kesepakatan yang buruk, menyerahkan diri pada kapak si penjaga hutan. Bagaimana mungkin ia begitu naif hingga memercayai hal ini akan dapat membuatnya hidup abadi?

Namun hari itu akhirnya tiba-pada waktu yang tepat dan sempurna-ketika biola itu diangkat dari kotaknya dengan lembut dan sekali lagi dibelai oleh tangan yang penuh cinta. Pohon menahan napas tak percaya. Ia bergetar saat busur dengan lembut menggesek dadanya. Dan getaran itu berubah menjadi suara murni yang mengingatkannya pada angin yang pernah membuat daun-daunnya kemersik, pada awan yang berarak pergi menuju keabadian, pada kepak sayap burung di atasnya, membentuk lingkaran keabadian di langit biru.
Suara yang murni, nada-nada yang murni. Musik Keabadian.

“Kayuku telah berubah menjadi musik!” pekik pohon jauh dalam lubuk hatinya. “Jagawana mengatakan yang sebenarnya.”

Dan musik itu pun bergema, dari hati yang satu ke hati lain yang mendengarkan, turun-temurun selama bertahun-tahun hingga akhirnya, ketika semua hati yang mendengarkan telah melakukan perjalanan pulang, musik tersebut mengalir memasuki gerbang keabadian, tempat pohon kecil menjadi Pohon Abadi. [Margeret Silf]

RAJA--PENGEMIS



Alkisah hiduplah raja yang tidak memiliki putra dan sangat mendambakan penerus yang akan mewarisi takhtanya. Maka raja pun memasang pengumumamn mengundang para pemuda dan anak-anak mendaftarkan diri untuk diangkat ke dalam keluarganya dan dijadikan penerus takhta kerajaan. Satu-satunya syarat yang ia tuntut dari pelamar adalah mereka harus mencintai Tuhan dan sesama.

Seorang anak laki-laki miskin melihat pengumuman itu, tetapi ia berpikir takkan memiliki kesempatan untuk diangkat anak oleh raja karena baju compang-camping yang dipakainya. Maka ia pun bekerja keras, sampai ia mendapatkan cukup uang untuk membeli baju. Mengenakan baju baru yang lebih besar dari ukuran tubuhnya, ia berangkat ke istana untuk melamar menjadi putra angkat raja.

Ketika berjalan menuju istana, ia bertemu pengemis di jalan. Pengemis itu mengigi kedinginan. Dan anak itu merasa iba hingga akhirnya menukar bajunya dengan baju si pengemis.

Ketika ia mengenakan baju si pengemis yang compang camping, ia berpikir percuma pergi ke istana. Namun, karena sudah menempuh perjalanan jauh, anak itu memutuskan meneruskan perjalanan ke istana. Ia berpikir setidak-tidaknya akan melihat istana dari luar.

Setiba di istana, ia disambut tawa sinis dan ejekan pegawai istana. Tapi ia tetap diizinkan menghadap raja.
Ada yang sangat familier tentang raja. Mulanya anak itu tidak tahu apakah itu, dan mengapa ia merasa begitu nyaman di hadapan raja. Lalu ia menyadari bahwa raja mengenakan pakaian yang ia berikan kepada pengemis beberapa jam lalu di jalanan.

Raja turun dari singgasananya dan merangkul anak itu, “Selamat datang, putraku,” katanya.[*]