Selasa, 28 Agustus 2012

[Kumcer Haidi] BUNGA TIRUAN

BUNGA TIRUAN
Haidi


Judul buku  : BUNGA TIRUAN  (Kumpulan Cerita Pendek)
Penulis        : Haidi
Penerbit      : Hubsche Maedchen Group~Indie Pro Publishing
ISBN          : 978-602-7770-01-0
 
Tahun        : Agustus 2012



Judul Cerita pendek dalam buku ini :
  1. SI BONEKA MAINAN
  2. BERJANJI COKELAT
  3. MENIPU SETAN
  4. PENGEMIS BUTA DAN SI TUKANG PARKIR
  5. KEPALSUAN
  6. SENYUM DEWI PUNTI
  7. PERMATA DI BELAKANG RUMAH
  8. REZEKI DARI LANGIT
  9. BUNGA TIRUAN
10. DENDAM SI TUKANG CUKUR
11. IMITASI
12. SI ORANG HILANG
----------------------------------------
Harga : Rp30.000 (belum ongkos kirim)
Pesan melalui SMS : 0821 5555 3455
------------------------------------------------------

Koleksi TB RABBI




Kamis, 16 Agustus 2012


PESAN SANG KAISAR
(Franz Kafka)
----------------------------------------------------------------------------------------

         Sang Kaisar-menurut gosip yang beredar-telah mengirimkan sebuah pesan, langsung dari ranjang kematian beliau, untuk Anda, orang yang menyedihkan, sekelebat bayangan yang hidup dalam bayang-bayang kerajaan, jauh dari kemilau sinar matahari yang setiap hari menyoroti para bangsawan. Beliau memerintahkan seorang pengantar berita untuk berlutut di samping ranjang kematian beliau sebelum membisikan pesan tersebut. beliau berpikir pesan itu sebegitu pentingnya hingga si pengantar berita diminta mengulang pesan yang baru saja disebutkan. Sambil menganggukkan kepala, beliau mengonfirmasi ketelitian si pengantar berita yang dinilai telang mengingat baik pesan yang hendak disampaikan untuk Anda. Lalu di hadapan kumpulan bangsawan yang datang berkunjung untuk menyaksikan kematiannya-semua tembok yang mengelilingi ruangan telah diruntuhkan ke tanah agar siapa saja bisa leluasa melihat ke dalam kamar tidur beliau, dan seluruh anggota istana pun berdiri bisu menatap kemalangannya-Sang Kaisar mengirimkan utusannya agar segera menghampiri Anda. Si pengantar berita pun berlari pergi, menyeruak di antara kerumunan orang dengan sekuat tenaga, dengan kedua tangan mendorong siapa saja yang menghalang. Jika ada yang berani menghentikannya, dia akan segera menunjuk lambang yang tersemat di dada, berbentuk matahari. Karena itu ia bisa leluasa bergerak di tengah himpitan tubuh manusia yang berbondong-bondong datang untuk menyaksikan kematian Sang Kaisar.
            Meski begitu, kerumunan tersebut begitu besar dan padatnya hingga semua ruangan istana penuh sesak. Jika istana itu sepi dan lengang, si pengantar berita membayangkan ia bisa bebas terbang melampaui pintu deni pintu tanpa kesulitan apapun, dan dalam wakti singkat ketukan tangannya yang keras akan terdengar menggelegar di pintu rumah Anda. Nyatanya, ia masih terjebak di tengah himpitan tubuh orang-orang yang datang bergerombol, belum lagi melewati kamar-kamar istana yang begitu banyak. Dia lelah, menyerah, takkan mungkin bisa menembus dinding manusia. Tapi kalaupun ia berhasil melakukan hal itu, situasinya sama saja. Setelah berhasil melewati deretan kamar-kamar istana, si pengantar pesan masih harus melewati halaman istana kedua yang mengelilingi halaman istana pertama; setelah itu dia harus menuruni anak tangga, kemudian kembali memasuki istana berikutnya, dan begitu terus selama ribuan tahun. Lalu, apabila dia tetap berhasil mencapai pintu paling luar dari rangkaian istana tersebut-yang mana sebenarnya mustahil dilakukan-ia masih harus melintasi ibukota kerajaan; pusat dunia masih akan berdiri menghadangnya, tertumpuk tinggi disusun oleh batu dan mineral. Tiak ada seorang pun yang bisa keluar dari merumunan ini, apalagi jika modalnya Cuma sebuah pesan dari orang mati. Namun, biar begitu, Anda tetap duduk di jendela dan bermimpi bahwa saat malam tiba pesan itu pasti telah sampai di tangan Anda.

[FRANS KAFKA adalah seorang novelis dan cerpenis asal Austria yang karya-karyanya sanat dikenal. Ia juga tak jarang dijuluki sebagai salah satu penulis terbaik di abad ke20.]

Kamis, 09 Agustus 2012

LEBARAN DI KARET, DI KARET...
(Kumpulan Cerpen)
Umar Kayam


Umar Kayam tentu saja seorang ralis. Namun, relisme Umar Kayam bukan realisme burjuis, bukan  pula relaisme sosialis. Realisme Umar Kayam adalah realisme kultural. (Jika) Realisme borjuis cenderung mendekati kehidupan secara psikologis, realisme sosialis secara sosiologis-politis, sedangkan realisme Umar Kayam mendekati hal tersebut secara antropologis.... Setidaknya di Indonesia, realisme kultural dalam pengertian sumbangan Umar Kayam yang signifikan dalam sejarah sastra Indonesia..., sebagaimana terlihat dalam cerpen-cerpen yang ada dikumpulan ini....(Faruk)



Buku ini memuat 13 cerita pendek karya Umar Kayam :

  1. Ke Solo, ke Njati
  2. Ziarah Lebaran
  3. Menjelang Lebaran
  4. Lebaran Ini, Saya Harus Pulang
  5. Marti
  6. Mbok Jah
  7. Lebaran di Karet, di Karet...
  8. Sardi
  9. "There Goes Tatum"
  10. Sphinx
  11. Raja Midas
  12. Parta Krama
  13. Drs Citraksi & Drs Citraksa

Koleksi TB RABBI



Kamis, 02 Agustus 2012


DI JEMPANA KETIGA

       Matahari sedikit condong ke Barat. Ahmad Zumadil membelokan motornya memasuki pekarangan masjid. Tanpa banyak memperhatikan sekitar ia langsung menuju tempat wudu. Kemudian duduk tenang melepas tali sepatu. Sesaat kemudian, gerak tangannya seolah terhenti. Pikiran merambah mundur jauh pada kenangan setahun lalu.
~~
            Kala itu telah enam bulan Madil belum kembali ke Sangatta. Ia sibuk sekolah, menyongsong kenaikan kelas. Sebagai anak petani, ia tak ingin mengecewakan kedua orang tuanya. Ia sangat menyadari, orang tuanya sangat sulit mengumpulkan uang untuk keluarga, termasuk biaya sekolahnya di Kota Samarinda.
            Hampir tiap hari, dalam seminggu itu, ibunya berkirim kabar melalui SMS agar cepat kembali ke Sangatta, karena ayahnya sedang dirawat di rumah sakit. Namun ia tak ingin pulang sebelum ujian sekolah selesai. Selain itu, ia tidak sampai hati meninggalkan seorang nenek yang tinggal di sebelah rumah kontrakannya. Walau tak ada hubungan keluarga, namun si nenek itu sangat baik, sehingga dianggapnya nenek sendiri.
            Hari itu Sabtu, terakhir ujian di sekolah dan sekaligus malam ketiga Madil tidur di rumah sakit Wahab Syahrani. Sejak sore si nenek tak sadarkan diri. Kondisi kesehatannya semakin memburuk. Menjelang pagi, si nenek menghembuskan napas terakhir. Sejak di rumah sakit, Madil sibuk membantu menyelesaikan administrasi, dan membawa jenazah si nenek kembali ke rumah. Madil tidak sampai hati meninggalkan rumah duka, ia terus membantu sampai memasukkan jenazah ke liang lahat di pemakaman muslim di jalan Kemakmuran Samarinda. Malam hari, ia juga masih membantu acara doa arwah di rumah duka.
            Beberapa kali ibunya berkirim kabar tentang kondisi kesehatan ayahnya semakin parah. Juga menanyakan tentang ujian sekolah. Tepat pukul 5 pagi, ibunya menghubungi melalui HP, “Kondisi ayahmu semakin parah, sudah tiga jam tak sadar. Sebaikknya kamu ke Sangatta hari ini.” kata ibunya.
“Iya, Bu, jam enam nanti saya ke Sangatta.” sahut Madil.
            Tepat jam 6 pagi, ia meninggalkan rumah kontrakan. Gerimis turun ketika memasuki Kecamatan Marangkayu. Ia memperlambat kecepatan motornya. Hujan makin deras ketika berada di Kecamatan Tanjung Santan. Madil harus berteduh. Hampir satu jam, ia pun melanjutkan perjalanan.
            Kurang lebih pukul 11, ia berada di Kecamatan Teluk Pandan. Antrean mobil panjang dan bergerak sangat lambat. Satu per satu mobil dapat dilalui, dan ia pun berada di belakang iring-iringan orang berjalan kaki membawa jenazah ke pemakaman. Tidak kurang 20 menit iring-iringan itu berbelok ke pemakaman. Madil dapat mempercepat laju motornya.
            Tiba di rumah orang tuanya. Beberapa tetangga berkumpul di depan rumah, membuatnya bertanya-tanya. Memasuki ruang tengah, ia tak dapat lagi meneruskan langkah. Ia terhenti pada tempat beberapa orang memandikan jenazah. Tatapan orang-orang yang hadir di situ telah memberi isyarat duka. Dada terasa sesak, namun air mata seolah kering tersedot kesedihan.
            Ibunya duduk tak jauh dari tempat itu, menatapnya tajam tak berkedip. Hanya gerak tangannya beberapa kali menyapu air mata dengan ujung lengan bajunya.
“Syukurlah kamu sudah datang.” kata ibunya, memberi tempat duduk.
“Maaf, Bu, tadi diperjalanan hujan deras.” sahut Madil, pelan.
“Tidak apa, yang penting kamu datang. Kamu urus pemakaman ayahmu nanti.” kata ibunya.
            Duka memenuhi tiap sudut hati Madil. Rasa tak ingin berpisah dengan ayahnya begitu besar. Ia tak ingin sedikit pun berada jauh dari jenazah ayahnya. Saat jempana itu diusung ke pemakaman, ia pun tak ingin digantikan orang lain, hingga ia sendiri memasukkan ke liang lahat.
~~
            Gema azan salat Asar berkumandang, memecahkan lamunan Madil. Ia berdiri dan menatap jempana itu sekali lagi. “Saat itu pasti akan datang, ketika aku tak dapat lagi membedakan antara siang atau malam. Orang akan membutuhkanmu untuk mengusung tubuhku ke pemakaman.” kata Madil, seolah berbicara pada jempana di atas tempat wudu itu. [Haidi : 11.06.2012]

[Kumcer] CINTA DI TANJUNG MANGKALIHAT


CINTA DI TANJUNG MANGKALIHAT

Haidi


Judul buku  : CINTA DI TANJUNG MANGKALIHAT
Katagori    : Kumpulan Cerita Pendek
Penulis     : Haidi
Penerbit    : AE Publishing
Tebal       : vi + 157 hlm;
ISBN        : 978-6027748-06-4 
                  Ukuran      : 14x20 cm 
                  Harga       : Rp31.000 (belum ongkos kirim)


Pesan melalui SMS ke : 0821 5555 3455


CINTA DI TANJUNG MANGKALIHAT, sebuah cerita pendek dari 12 kisah dalam buku ini. Kehidupan di desa terpencil pesisir pantai Tanjung Mangkalihat, desa paling utara wilayah Kecamatan Sandaran, Kabupaten Kutai Timur, Kalimantan Timur.


Janji dua sahabat kala masih belia, belum mengerti perjalanan dan liku hidup yang samar tertutup kabut. Ikrar itu menjadi beban berat pikiran mereka setelah berumah tangga, karena melibatkan anak-anak mereka. 
Kisah cinta anak kedua sahabat tersebut justru membiaskan warna lain. Betapa berat menanti orang dicintai yang tak pernah ada berita di pelayaran. Seorang wanita menanggung rindu berkarat bertahun-tahun menunggu untuk kekasihnya.

Apakah janji yang diikrarkan oleh dua sahabat tersebut? Apakah kekasih wanita itu akan kembali kepadanya? Atau malah pulang hanya dengan nama? Temukan jawabannya dalam buku ini


Ini adalah sebuah buku yang akan membuat merenung memaknai kehidupan, mem-berikan pencerahan jiwa, sekaligus membuat Anda tersenyum membaca kisah konyol yang menggelitik.

Koleksi TB RABBY