Dahulu sewaktu saya masih
anak-anak-sebelum tidur, hampir tiap malam Nenek menuturkan berbagai dongeng.
Misalnya seperti ini:
Dahulu kala ada pria tua yang
memiliki seorang anak laki-laki dan seekor kuda. Suatu hari, kudanya lepas lari
ke perbukitan.
Tetangga pria itu bersimpati
padanya. “Betapa sial nasibmu karena kehilangan kudamu,” kata mereka.
“Mengapa kalian berkata begitu?”
jawab sang pria tua. “Siapa yang dapat memutuskan apakah itu nasib sial?”
Keesokan harinya kuda itu kembai,
dan dibelakangnya muncul dua belas ekor kuda liar, yang dibawanya pulang. Anak
laki-laki tua itu buru-buru menutup pintu pagar dan menuju tanah lapang tempat
kuda itu merumput. Kuda mereka tidak hanya seekor, tapi memiliki tiga belas
kuda.
Para tetangga menatap lapangan
keesokan paginya dan berkata, “Mujur sekali nasibmu-sekarang memiliki tiga
belas ekor kuda.”
“Mengapa kalian berkata seperti
itu?” sahut sang pria tua. “Siapa yang dapat menentukan apakah itu nasib
mujur?”
Tak lama kemudian, anak laki-laki
sang pria tua pergi menunggang seekor kuda liar tersebut untuk menjinakkannya.
Saat anak laki-laki itu berada di punggung kuda, kuda itu berontak dan
menjatuhkan anak laki-laki itu sehingga kakinya patah.
Para tetangga berdatangan menyatakan
simpati pada pria tua dan anak laki-lakinya. “Betapa sial nasibmu,” kata
mereka, “karena kini anak laki-lakimu patah kaki.”
“Mengapa kalian berucap seperti
itu?” sahut pria tua. “Siapa yang dapat mengatakan ini nasib sial?”
Dan benar saja, tak lama
kemudian, anggota tentara kerajaan mendatangi desa itu, merekrut semua pria
muda bertubuh sehat untuk ikut berperang. Semua orang tahu, peperangan itu
sebagian besar akan kehilangan nyawa. Namun ketika melihat anak laki-laki si
pria tua berbaring di sana dengan kaki patah, mereka melewatinya dan berlalu.
“Betapa mujur dirimu,” kata para
tetangga. Pria tua itu hanya tersenyum.[Haidi]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar